Kabar baik tersebut disampaikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana di Jakarta, Rabu, 8 Desember 2010. "Indonesia masuk jajaran 10 negara dengan kemajuan pembangunan manusia secara signifikan," kata Armida.
Maksudnya, Indonesia tergolong dalam 10 negara yang mengalami kenaikan kualitas hidup secara mengagumkan dalam 40 tahun terakhir. Indeks Pembangunan Manusia atau
Indeks diukur berdasarkan tingkat kekayaan, kemiskinan, kesehatan, keseteraan jender, kebebasan ekonomi dan pendidikan. Dengan indeks tersebut, dapat diketahui masyarakat satu negara apakah masih terbelakang, miskin atau maju.
Menurut Armida, nilai indeks pembangunan manusia Indonesia sekarang 0,600. Nilai ini membuat Indonesia berada di peringkat ke 108 dari 169 negara yang disurvei oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Posisi Indonesia ini lebih baik dibandingkan tahun 2009 dengan skor 0,593.
Berdasarkan survei tersebut, Indonesia masuk daftar 43 negara berkategori "menengah." Dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia memang berada di bawah Singapura di peringkat 27 atau masuk kategori sangat tinggi dan Malaysia urutan 57 dengan kategori tinggi. Namun, Indonesia masih lebih unggul dari Vietnam (113), Laos (122) dan Myanmar (132).
"Kami menyadari pertumbuhan ekonomi memang sangat penting. Namun yang paling penting adalah menggunakan pendapatan nasional untuk memberi rakyat peluang hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif," kata Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon dalam laporan Pembangunan Manusia beberapa waktu lalu.
Armida mengaku senang lantaran sejumlah indikator indeks pembangunan manusia memang menunjukkan perbaikan seperti ditargetkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium. Armida pun membeberkan berbagai keberhasilan tersebut.
Pertama, tingkat kemiskinan ekstrim, yaitu proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita di bawah US$1 per hari, telah menurun dari 20,6 persen pada 1990 menjadi 5,9 persen pada 2008.
Kedua, hasil survei pada 2009 menyebutkan tingkat melek huruf penduduk di Indonesia mencapai 99,47 persen. Ketiga, terkait kesetaraan jender terlihat peningkatan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun yang mencapai 99,85. Selain itu, kontribusi perempuan di sektor pekerjaan nonpertanian hingga kursi di parlemen mengalami peningkatan.
Keempat, angka kematian bayi menurun cukup signifikan dari 68 anak pada 1991 menjadi 34 anak per 1.000 kelahiran pada 2007. Kelima, pada periode yang sama angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 menjadi 228 per 100 ribu kelahiran.
Keenam, angka terkena malaria per 1.000 penduduk menurun dari 4,68 pada 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Ketujuh, akses rumah tangga terhadap air minum layak dan sanitasi meningkat pesat, misalnya untuk air minum layak dari 37,73 persen pada 1993 menjadi 47,71 persen pada 2009.
"Dari berbagai capaian itu terlihat bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi," kata Armida.
Jika mengacu pada laporan
Sebaliknya, jumlah kelompok kelas menengah Indonesia dengan pengeluaran di atas US$2 per orang meningkat pesat selama 10 tahun terakhir. Jika pada 1999 kelompok kelas menengah atas baru sekitar 25 persen atau 45 juta jiwa, namun satu dekade kemudian melonjak jadi 42,7 persen atau 93 juta jiwa.
Perbaikan kualitas hidup warga Indonesia ini juga menjadi perhatian lembaga pemeringkat, Moodys Investor Service yang Rabu ini berkunjung ke Bappenas. "Moodys melihat bagaimana pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium yang semakin baik di Indonesia, meski ada masalah pengangguran terdidik yang cukup tinggi," kata Sekretaris Menteri PPN Syahrial Loetan, 8 Desember 2010.
Membaiknya peringkat Indonesia dalam soal Indeks Pembangunan Manusia, hanya satu dari sejumlah keberhasilan lainnya. Selain indeks tersebut, Indonesia juga mengalami sejumlah perbaikan yang lain.
Misalnya, posisi daya saing Indonesia meningkat dari posisi 53 pada 2009 menjadi peringkat 44 dari 139 negara pada tahun ini menurut Global Competitiveness Index terbitan September 2010. Selain itu, United Kingdom Trade and Investment juga menaikkan ranking Indonesia sebagai negara tujuan investasi selain negara-negara Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) dari posisi ke-6 menjadi posisi ke-2.
Demikian halnya dengan perbaikan peringkat utang Indonesia oleh sejumlah lembaga pemeringkat, penurunan rasio utang terhadap produk domestik bruto, peningkatan cadangan devisa, kenaikan ekspor secara signifikan hingga soal pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
"Indonesia berniat terus meningkatkan anggaran infrastruktur dari waktu ke waktu untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen pada 2014 mendatang," kata Syahrial Loetan.
No comments:
Post a Comment