KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Optimalisasi Eksistensi Media Massa Sebagai Sarana Pendidikan Politik Bagi Masyarakat Dalam Pemilu”. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti program kreativitas mahasiswa gagasan tertulis (PKM-GT) yang diadakan oleh Universitas Brawijaya Malang. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sumbangsih pemikiran terhadap perbaikan
konsep pembangunan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan. Dalam penulisan karya tulis ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu proses pembuatan karya tulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Son Haji, M.Si selaku dosen pembimbing
2. Kedua orang tua saya tercinta, atas segala do’a, pengorbanan serta kasih
sayangnya yang selalu menyertai langkah kami.
3. Kawan-kawan LP3ME seperjuangan, semoga menghasilkan karya-karya
yang bisa mengharumkan nama Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Namun, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan nantinya dapat dipakai oleh semua pihak. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surakarta , 27 Oktober 2010
Penulis:
Mettalya Agustine
Mettalya Agustine
OPTIMALISASI EKSISTENSI MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK BAGI MASYARAKAT DALAM PEMILU
Mettalya Agustine
Jurusan Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta
RINGKASAN
Setelah adanya reformasi, Indonesia masih mengalami transisi menuju demokrasi, dimana dalam jangka waktu beberapa tahun ini Indonesia masih belum menemukan demokratisasi secara sepenuhnya. Pemilu sangat berkaitan erat denga media massa, partai-partai politik yang bertarung dalam Pemilu yang lalu sangat gencar mempengaruhi pemilih dengan menggunakan media massa sebagai sarana sosialisasi. Beberapa stasiun televisi berlomba-lomba menghadirkan informasi sebanyak dan seaktual mungkin. Mulai dari acara talk show, debat kandidat, dialog, atau poling sms. (Ardiningtiyas Pitaloka, S.Psi: 2004). Dalam konteks politik terutama dalam kesuksesan pemilihan umum, pilkada , maka peran media sangat besar. Peranan media diharapkan mampu melakukan pendidikan politik bagi masyarakat. Setidaknya media dapat berperan dalam politik bagi masyarakat antara lain penambahan informasi tentang pemilu, mempengaruhi perilaku memilih, sehingga akan berdampak pada sistem politik yang berjalan. Selain itu, media dapat menjadi sarana bagi sosialisasi program-program dari kandidat pemimpin, media juga menjadi sarana untuk memberitakan sepak terjang kandidat sehingga diharapkan masyarakat mempunyai penilaian dan tidak salah pilih terhadap kandidat pemimpin. Namun Sukses sebuah partai sampai dengan konflik internal yang berujung pada perpecahan partai juga dapat dilihat dari berbagai media seperti di televisi atau koran. Namun apakah eksistensi media massa tersebut dalam pemilu mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat secara netral, berkualitas dan dapat mewujudkan demokrasi yang riil. Untuk itu dengan meningkatkan monitoring dari pemerintahan dan masyarakat , bersikap kritis dan aspiratif dalam memberikan kritik yang membangun terhadap kinerja media massa dalam melakukan pemberitaan saat menjelang dan sesudah pemilu menjadi gagasan yang tepat untuk mengoptimalisasi eksistensi media massa sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat dalam pemilu.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan penulisan deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini merupakan data skunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik yang ditulis, baik dari buku, makalah, hasil penelitian, ataupun internet. Analisis data dalam penulisan ini adalah dengan cara bahan yang telah terkumpul kemudian diolah, ditelaah, dan direduksi, laludianalisis dengan analisis deskriptif untuk disarikan dalam sebuah karya yang memfokuskan ” Optimalisasi Eksistensi Media Massa Sebagai Sarana Pendidikan Politik Bagi Masyarakat Dalam Pemilu “
Kesimpulan dalam karya tulis ini adalah (1) Indonesia sudah mengalami transisi menjadi demokrasi setelah mengalami gejolak pemerintahan/reformasi (2)Peran media massa dengan pemilu sangat berkaitan sehingga bisa mengarahkan,mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memilih pada pemilu 2009 (3) Pemilu 2009 menjadi ajang bagi para kandidat untuk eksis mempromosikan diri di berbagai media massa segala kebaikan-kebaikan para calon kandidat di expose diberbagai media massa, namun celah-celah kelemahan lawan parpol atau kandidat juga diexpose melalui berbagai media massa.
Rekomendasi yang diberikan penulis adalah (1) bagi pemerintah memonitoring kinerja media massa terkait dengan pemberitaan seputar pemilu dan mengevaluasinya. (2) Bagi calon kandidat dan parpol jangan menjadikan pemilu sebagai ajang untuk memperlihatkan segala kebaikan-kebaikan tanpa diimbangi dengan visi dan missi yang seharusnya berorientasi, dan direalisasikan untuk kepentingan yang mensejahterhkan rakyat (3) Bagi masyarakat, jangan takut untuk ikut berpartisipasi mengontrol media massa jika sudah tidak netral, terlalu melebih-lebihkan suatu informasi/berita dalam pemilu dan berhati-hatilah dalam menelaah berita seputar pemilu,memilih calon pemimpin, karena pemberian informasi yang salah bisa membutakan,menjerumuskan rakyat untuk memilih suatu calon pemimpin.(4) Bagi media massa berilah ruang dan bersikap terbuka untuk menampung aspirasi dan kritik terkait dengan sepak terjang berbagai media massa pada waktu massa pemilu, media massa merupakan sarana untuk menampung aspirasi rakyat namun juga tidak menutup kemungkinan untuk bersikap terbuka terhadap kritikan yang ditujukan untuk media massa yang bersifat membangun dari rakyat.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setelah melalui reformasi, Indonesia masih mengalami transisi menuju demokrasi, dimana dalam jangka waktu beberapa tahun ini Indonesia masih belum menemukan demokratisasi secara sepenuhnya. Beberapa kemajuan yang diperoleh seperti, pemilihan umum secara langsung, kebebasan pers patut kita hargai tetapi pencapaianya elemen atau pilar demokrasi yang lain perlu menjadi agenda untuk diwujudkan. Elemen demokrasi tersebut antara lain adalah pemerintahan yang transparan, akuntabel dan responsif, penegakkan hukum yang adil, perlindungan HAM dan media massa yang bebas. Elemen-elemen strategis demokrasi tersebut diharapkan dapat dicapai dengan optimal dan fundamental dalam kehidupan bermasyarakat sehingga demokrasi yang kita inginkan dapat terwujud.
Keberadaan media massa dewasa ini juga telah membawa angin perubahan yang signifikan bagi perkembangan kehidupan manusia. Pada satu sisi, manusia adalah mahluk individu, dan di sisi lain manusia membutuhkan orang lain dalam relasi sosial hidup bersama dan bermasyarakat, sehingga, kehadiran media massa dianggap bisa membantu manusia untuk berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Di era globalisasi saat ini, peranan media, bahkan, sudah menjadi trend setter atas kemajuan yang ada. Ini adalah realitas bahwa peran media sekarang dan untuk yang akan datang sungguh luar biasa. Seseorang yang bukanlah siapa-siapa sebelumnya, dengan dukungan media, dia menjadi seorang bintang yang bersinar. Di sisi lain, media bahkan juga berperan dalam mempengaruhi opini publik. Partai-partai politik yang bertarung dalam Pemilu 2009 yang lalu sangat gencar mempengaruhi pemilih dengan menggunakan media massa sebagai sarana sosialisasi. Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung terjadi di Indonesia menjadi agenda utama media-media baik cetak maupun elektronik. Beberapa stasiun televisi berlomba-lomba menghadirkan informasi sebanyak dan seaktual mungkin. Mulai dari acara talk show, debat kandidat, dialog, atau poling sms. (Ardiningtiyas Pitaloka, S.Psi: 2004).
Media merupakan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang bertugas memberi informasi kepada publik. Di zaman modern, instrumen media meliputi koran,
majalah, televisi, radio, dan lain sebagainya. Fungsi media cukup banyak, terdiri atas melaporkan fakta dan memberikan informasi, mendidik publik, memberi komentar, dan menyampaikan dan membentuk opini publik.
Pada era sekarang peran media dalam kehidupan social bukan sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa (Hadiono Afdjani:2008) .
Dalam konteks politik terutama dalam kesuksesan pemilihan umum, pilkada , maka peran media tidak hanya berhenti pada keenam perspektif tersebut di atas, tetapi peranan media diharapkan dapat melakukan pendidikan politik bagi masyarakat. Setidaknya media dapat berperan dalam politik bagi masyarakat antara lain penambahan informasi tentang pemilu, mempengaruhi perilaku memilih, sehingga akan berdampak pada sistem politik yang berjalan. Selain itu, media dapat menjadi sarana bagi sosialisasi program-program dari kandidat pemimpin, media juga menjadi sarana untuk memberitakan sepak terjang kandidat sehingga diharapakan masyarakat mempunyai penilaian dan tidak salah pilih terhadap kandidat pemimpin. Fenomena ini merupakan gambaran dari peran penting media dalam suatu pemilihan umum (election) seperti dikemukakan oleh Oskamp & Schultz (1998), yakni memusatkan perhatian pada kampanye, menyediakan informasi akan kandidat dan isu seputar pemilu.
Program-program acara , seperti talkshow, debat dan sebagainya di televisi maupun di radio menjadi sarana efektif adalam membentuk opini publik. Untuk membentuk opini publik, yang perlu dilakukan hanyalah mengintensifkan informasi yang harus sampai ke publik sesuai yang diinginkan. Ditambah lagi dengan kecenderungan media massa mem-blow up berita yang sedang aktual, akhirnya terjadi suatu kerancuan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Seharusnya media dapat independen dan terlepas dari kepentingan politik tertentu, karena media harus memerankan sebagai salah satu pilar demokrasi. Persekongkolan antara peserta pemilu dengan media massa haruslah diwaspadai. Konspirasi tersebut bisa menjadi hal yang mengerikan dan berdampak luar biasa bagi masyarakat. Konspirasi media
massa dan politik adalah konspirasi paling mengerikan. Media massa hendaknya tidak menjadi alat propaganda politik untuk menyerang atau menjatuhkan lawan politik. Media massa harus mengedepankan praktik jurnalisme damai dimana bisa menjadi pengarah atas resolusi konflik. (Sinar Harapan, Kamis, 08 Januari 20).
Beberapa waktu yang lalu pemilu 2009 sudah berlangsung, dimana media massa memberikan andil yang cukup besar dalam pemilu tersebut. Betapa tidak, pada Pemilu 2009 dapat terlihat bagaimana media membentuk dan mempengaruhi opini publik, termasuk hubungan yang terjalin antara media dengan pelaku politik, seperti politisi, partai politik dan masyarakat umum. Iklan-iklan politik peserta Pemilu banyak bermunculan menjajakan platform-nya. Dalam penyelenggaraan Pemilu yang lalu, kiprah media dalam menyusun, membentuk opini masyarakat tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Masyarakat lebih mengenal suatu partai politik, proses dan mekanisme Pemilu, dan lain-lainnya, lebih banyak mengetahuinya melalui media. Pemilu 2009 dianggap sukses apabila publik memilih partai dan kandidat yang bisa menyelenggarakan negara sesuai dengan cita-cita bangsa. Karenanya, publik membutuhkan informasi yang berkualitas tentang semua peserta Pemilu, sehingga menjadi pemilih yang well informed. Di sinilah kemudian media memainkan peranan sangat krusial.
Dalam pemilu media dapat mempengaruhi perilaku memilih, masyarakat. Secara luas, media lebih cenderung menguatkan tujuan-tujuan yang ada dalam pemungutan suara daripada merubahnya. Peran utama media dalam suatu pemilihan umum ialah menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun mungkin tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan jumlah suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu.
Namun apakah eksistensi media massa tersebut dalam pemilu 2009 mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat secara netral, berkualitas dan dapat mewujudkan demokrasi yang riil. Sehingga dari paparan tersebut, permasalahan ini menjadi topik yang menarik untuk dikaji oleh penulis.
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan
1. Gagasan ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau wacana terkait dengan peranan media massa sebaga sarana pendidikan politik bagi masyarakat.
2. Gagasan ini dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengoptimalisasi peran media massa sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat dan mengatasi eksistensi media massa yang cenderung negative sepak terjangnya dalam memberikan suatu informasi kepada masyarakat.
3. Melalui gagasan ini untuk membuka pikiran masyarakat agar ikut berpartisipasi menjadi pengontrol netralitas berbagai media massa dalam setiap pemilu berlangsung
Manfaat
1. Masyarakat
Menambah wawasan dan membuka pikiran akan peran media massa sebagai sarana pendidikan politik. Bahwa media massa memiliki kaitan yang sangat erat dengan pemilu, dan besar kemungkinan media massa juga mempengaruhi pola pikir, perilaku masyarakat dalam memilih para calon kandidat dan parpol dan ada kecenderungan informasi yang disajikan hanya berlatar kebaikan-kebaikan para calon kandidat dan parpol, sehingga masyarakat harus jeli dan pintar dalam menentukkan pilihannya agar tidak terjerumus memilih para pimpinan yang salah. Serta membuka pikiran masyarakat untuk ikut serta dan berani mengontrol sepak terjang media massa yang tidak mampu menjaga netralitasnya dalam menciptakan suasana yang kondusif pada pemilu.
2. Bagi calon pemimpin dan parpol
Memberikan kontribusi bagi calon kandidat dan parpol untuk tidak memberikan informasi yang penuh dengan kebaikan-kebaikan, janji-janji tanpa diimbangi dengan realitas kebenaran informasi dan arah visi missi yang berorientasi untuk mensejahterahkan masyarakat. Calon pemimpin dan parpol harus Jujur dan bersungguh-sungguh untuk menjadi abdi Negara demi kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi ataupun kelompok.
3. Bagi pemerintah
Memberikan kontribusi untuk bertindak tegas apabila media massa tidak bisa menjaga netralitasnya pada waktu pemilu, bukan berarti pemerintah membatasi peran media massa namun media massa harus menjadi sarana pendidikan politik bagi masyarakat dengan menyajikan informasi yang lebih berkualitas, actual, dan riil.
4. Bagi Media Massa
Memberikan kontribusi bahwa kinerjanya tetap harus diawasi oleh masyarakat dan pemerintah sehingga harus lebih bersikap terbuka dengan kritik yang membangun dari masyarakat, harus bersikap netral, independent, professional dalam memberikan informasi seputar pemilu jangan menjadikan pemilu sebagai ajang komersialisasi untuk memperkaya pundi-pundi keuangan tanpa memperhatikan kebenaran dalam penyajian informasi. Terwujudnya peran media massa sebagai sarana pendidikan poltik bagi masyarakat yang berkualitas.
GAGASAN
Kondisi kekinian pencetus gagasan
Media massa memiliki beberapa peran, yang pertama ialah memberikan informasi, baik itu tentang fakta, gagasan, atau hasil pikiran seseorang. Orang yang menikmati berita di televisi atau koran adalah mereka yang menginginkan informasi. Yang kedua adalah mendidik. Dalam hal politik, media massa berusaha memberikan pencerdasan politik dan menyadarkan masyarakat terhadap hak dan kewajiban mereka dalam pemilihan legislatif dan presiden. Peran ketiga ialah menghibur. Hal ini dapat kita temukan dalam acara-acara televisi kebanyakan. Peran yang terakhir adalah mempengaruhi. Media massa yang benar-benar independen dan bebas dapat memberikan pengaruh dan melakukan kontrol sosial baik itu terhadap penguasa maupun masyarakat sendiri.
Oliver Garceau (dalam Dan Nimmo, 1994) menulis tentang proses politik sebagai pola interaksi yang berganda, setara, bekerja sama, dan bersaingan yang menghubungkan warga negara partisipan yang aktif dalam posisi utama pembuat keputusan. Serupa dengan Garceau, Nurudin (2004) menyatakan sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu mengalirkan pesan politik (tuntutan dan dukungan) ke kekuasaan untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik (feedback).
Pembentukan image dengan bantuan media massa sangat mungkin adalah strategi utama bagi setiap partai di era sekarang ini. Namun yang terjadi beberapa tahun ini adalah setiap partai dan pimpinan di negeri ini hanya mencari popularitas sehingga mendapat simpati dari masyarakat, agar masyarakat terbius oleh janji-janji mereka. Visi dan Misi para pimpinan dan parpol yang diusung mereka bertujuan untuk mensejahterakan rakyat kini hanya isapan jempol belaka, betapa tidak masyarakat saat inilah yang paling menjadi korban jika salah dalam memilih pimpinan dan parpol .
Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa, media massa menggantikan fungsi organisasi partai politik (parpol) untuk menjangkau calon pemilih. Partai politik baru yang memanfaatkan kampanye di televisi bahkan dapat menyedot simpati pemilih yang sebelumnya ke parpol lama. Sebagai contoh hasil riset yang dipaparkan LSI di Jakarta, Hasil riset tersebut menunjukkan, memori pemilih secara umum dibentuk oleh iklan televisi. Sebesar 31 persen pemilih yakin media massa lebih kredibel dibandingkan lembaga politik. Peneliti senior LSI Dodi Ambardi mengatakan, dampak ini memunculkan proses rekruitmen calon legislatif (caleg) oleh partai politik yang memilih artis untuk mendulang suara. Riset juga menunjukkan, salah satu partai politik yang berhasil menunjukkan kekuatan elektoral dalam waktu cepat ialah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), partai baru yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Partai ini gencar memasang iklan di televisi.(www. webmetro@metrotvnews.com, 12-11-2008)
Dengan melihat peristiwa tersebut fungsi media massa sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat merupakan tantangan betapa tidak, media massa sekarang ini kurang memberikan sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat soal partai maupun kandidat caleg dan capres. Pers dan media massa sebagai wadahnya secara terang-terangan membuka pintu bagi caleg dan capres untuk beriklan (rahma,2009)
KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan
Gagasan yang diajukan penulis adalah “ Optimalisasi Eksistensi Media Massa Sebagai Sarana Pendidikan Politik Bagi Masyarakat dalam Pemilu melalui meningkatkan monitoring dari pemerintahan dan masyarakat , bersikap kritis dan aspiratif dalam memberikan kritik yang membangun terhadap kinerja media massa saat menjelang dan sesudah pemilu berlangsung.” hal ini bisa dianalogikan Jika masyarakat melihat terjadinya bias pers dan penyalahgunaan profesi wartawan, masyarakat jangan ragu untuk mengingatkan atau mengadu ke dewan pers. Kemudian pemerintah juga bersikap terbuka untuk mengevaluasi hasil monitoring dan mendiskusikan hasil tersebut dengan media massa yang bersangkutan agar dapat tercapainya fungsi media massa sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat.
Teknik implementasi yang akan dilakukan
Adapun mekanisme untuk mengimplementasikan gagasan ini adalah sebagai berikut: pertama pemerintah memberikan himbauan dan arahan kepada masyarakat agar untuk berperan aktif, jangan ragu-ragu dan berani menyampaikan aspirasinya terkait dengan peliputan yang sudah bias pers dan penyalahgunaan profesi wartawan ke dewan pers bisa melakukannya dengan memasang iklan di TV, brosur, baliho. Kedua pemerintah dalam hal ini Bawaslu juga harus membatasi , menentukan kriteria dalam beriklan terkait dengan promosi para kandidat dan parpol, jika melanggar maka Bawaslu juga bharus benar-benar bertindak tegas memberikan sanksi sesuai peraturan yang ada bisa melalui rapat koodinasi dengan Bawaslu ditingkat daerah.Yang Ketiga Komisi Penyiaran Indonesia dengan Dewan Pers dan berbagai media massa menggelar pertemuan yang bertujuan untuk mengarahkan, membina bahwa akan dilakukan monitoring tentang kinerja berbagai media massa terkait dengan pemberitaan pada saat pemilu dan hasil monitoring dievaluasi disampaikan secara transparan dengan media massa yang bersangkutan. Jika terbukti ada pelanggaran maka KPI dan Dewan Pers tidak segan untuk melimpahkan permasalahan tersebut kepihak yang berwajib.
Prediksi hasil yang akan diperoleh
Media massa memiliki peran penting sebagai sarana pendidikan politik yang baik, dengan tetap menjaga indepedensi dan sikap kritis, tidak terjebak menjadi alat kampanye pihak-pihak yang berkompetisi. Pers sebagai pilar demokrasi dapat menciptakan proses pemilu yang adil, jujur dan damai, sehingga terwujud sistem demokrasi yang baik. Dengan gagasan tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan eksistensi media massa sebagai sarana pendidikan politik bukan sarana untuk membius masyarakat dengan informasi yang tidak berkulaitas penuh dengan muatan politik. Dengan demikian, gagasan ini dinilai memiliki prospek yang sangat bagus untuk menjadikan masyarakat lebih cerdas dalam memilah-milah informasi yang disajikan oleh media massa. Karena bukan hanya kinerja pemerintah saja yang bisa dikritik oleh public namun kinerja media massa juga perlu dikritik jika sudah tidak netral, professional dan terlalu melebih-lebihkan suatu informasi terkait dgn pemilu dengan memberikan ruang kepada public untuk menyampaikan aspirasi dan kritikan yang membangun terhadap pers. selama ini jarang pers dan media massa yg memberikan ruang untuk mengkritik kinerjanya melainkan ruang untuk mengkritik pemerintah saja.
Dengan memberitakan hasil-hasil monitoring pemberitaan media, maka hal tersebut bukan saja akan mendorong gerakan pendidikan melek media, tapi juga sekaligus sumber pembelajaran bagi penngelola media massa. Khususnya media massa yang bersikap partisan sewaktu “musim pemilu/pilkada” tiba.Hasil-hasil monitoring, akan menjadi bekal bagi konsumen atau publik untuk melakukan evaluasi secara kritis terhadap media massa yang selama ini dilanggani atau ditontonnya. Kemudian dengan gagasan ini maka juga akan terwujud pemilu yang adil, jujur, bersih, peningkatan kinerja media massa yang professional, jujur, independent dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Afdjani, Hadiono Drs. MM. Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat dan Budaya Indonesia. www.google.com.
Homepage. http://www.blogger.com/profile/09038334590236972877. Media, Politik dan Opini Publik . Dipublikasikan 06 Februari 2008
Pitaloka, Ardiningtiyas, S.Psi. 2004. 2004. Efek Media Massa dalam Politik Psikologi UMS.net. Dipublikasi pada Kamis, 09 June 2004
Artikel. Media Massa Jangan Jadi Alat Propaganda Politik. Sinar Harapan. Kamis, 08 Januari 2004
http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?id=862c9cb37658acf664f9c92c9d600902200961604 diakses 21 Oktober 2010
http://us.suarapembaca.detik.com/read/2009/02/26/095921/1090809/471/kode-etik-jurnalistik-dan-pemilu-2009 diakses 21 Oktober 2010
http://www.hupelita.com/baca.php?id=51235 diakses 21 Oktober 2010
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
OPTIMALISASI EKSISTENSI MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK BAGI MASYARAKAT DALAM PEMILU
Bidang Kegiatan:
PKM-GT
oleh:
Mettalya Agustine
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
No comments:
Post a Comment